Mengapa pembicaraan publik tentang wacana keluarga selalu bernuansa pesimis dan defensif, sehingga istilah yang muncul adalah 'ketahanan keluarga,' 'membentengi masyarakat' atau 'perlindungan'?
Memang benar, ada upaya, keinginan dan proyek besar untuk menghancurkan keluarga. Tentu ini dapat menjadi fitnah yang begitu dahsyat. Proyek ini pada dasarnya adalah bagian dari penyingkiran agama dari kehidupan masyarakat. Karena selama keluarga masih ada, maka agama akan sulit untuk diserang. Maka, siapapun yang ingin menghancurkan agama, maka seranglah dulu keluarga. Hancurkan dulu keluarga. Rapuhkan dulu ketahanan keluarga.
Bahkan, kita tidak sadar bahwa betapa banyak undang-undang yang berhubungan dengan lembaga keluarga dan gender/ jenis kelamin itu banyak juga yang ditujukkan untuk melemahkan keluarga. Sebab, keluarga itu jika bisa memang harus diintervensi, sehingga virus pelemahan masyarakat bisa dimasukkan tanpa hambatan besar yang bernama lembaga keluarga itu. Sekuat apapun sesuatu kalau sudah dimasuki virus, maka dia akan menjadi lemah.
Maka, kemudian undang-undang tentang perlindungan seksual dan segala macam kejahatan seksual justru malah berdampak pada bagaimana keluarga itu dapat dibuat berantakan. Segala kampanye yang membuat para perempuan nyaman di luar rumah, tanpa sadar itu bagian juga dari upaya untuk kehancuran keluarga. Sekarang telah diupayakan begitu rupa alasan yang menyerukan bahwa: "wahai kaum ibu, keluar rumah sekarang sudah semakin aman dan nyaman, maka jangan lagi khawatir. Sekarang, bukankah di Busway juga sudah ada bagian khusus perempuan? Selain itu, bukankah di commuter line juga sudah ada gerbong khusus wanita?"
Jadi, sekarang perempuan telah semakin aman dan terlindungi ketika berada di luar rumah. Ini dibuat dalam rangka memprovokasi perempuan agar keluar rumah. Tidak lagi seperti dulu ketika para perempuan diancam dengan berbagai bahaya jika bepergian sendirian keluar rumah.
Keluarga juga perlu perlindungan. Karena bahkan definisi keluarga juga berusaha untuk diubah. Bahwa keluarga itu mulai diwacanakan tidak selalu identik tentang seorang laki-laki dan perempuan. Saat ini, dengan gerakan LGBTQ, definisi keluarga itu bisa menjadi seorang laki-laki dengan laki-laki, atau perempuan dengan perempuan.
Dari Ketahanan Keluarga menuju Keluarga Peradaban
Semakin diserangnya gagasan tentang keluarga di atas, semestinya tidak disikapi dengan menangis dan terus menangis. Justru lebih baik kita membangun sesuatu yang besar ke depannya. Bahkan dengan nada yang sangat optimis. Bahwa ada yang bisa kita lakukan, yaitu membangun keluarga peradaban. Ini adalah sebuah gagasan yang lebih progresif: sebuah gagasan yang berpikir tidak semata mata "hati-hati ada ancaman, ada bahaya dan ada masalah ini dan itu yang mengintai keluarga!"
Walaupun bahaya yang mengancam keluarga itu memang ada dan itu luar biasa. Tetapi, tak perlu terus-menerus ditangisi. Karena perintah di dalam Islam itu yang lebih dulu adalah amar ma'ruf, baru nahi munkar. Maka kita seharusnya lebih borientasi kepada yang pertama: amar ma'ruf dulu. Baru nahi mungkar.
Definisi dari 'taqwa' masihlah berbunyi, 'melaksanakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang Allah.' Urutan ini tidak pernah dibalik sampai sekarang: menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan. Akan tetapi, mentalitas pengajaran Islam di sekolah seringkali membalik urutan itu.
Agama kita sebenarnya meminta kita untuk berpikir lebih progresif. Bukan berarti kita kemudian lalai dengan bahaya-bahaya dan lalai dengan ancaman-ancaman, tapi memprioritaskan pengamalan atas hal-hal yang sifatnya progresif itu juga seringkali ada dalam rangka mengatasi ancaman. Percayalah bahwa amar ma'ruf itu adalah nahi munkar terbaik!
Maka, seandainya ada 100 kemungkaran, maka 70 di antaranya dapat diselesaikan lewat amar ma'ruf dan barulah 30 sisanya yang akan diselesaikan lewat nahi munkar. Di dalam sepak bola atau dalam peperangan seringkali dikatakan bahwa menyerang itu pertahanan yang terbaik
Ketika Allah memerintahkan kita untuk mendirikan shalat, maka shalat itu adalah pertahanan yang terbaik terhadap kemungkaran dan kekejian. Amar ma'ruf yang bernama shalat itu diperintahkan untuk dilakukan dalam rangka mencegah dari kemungkaran. Itulah mengapa kita harus berbicara tentang keluarga dalam perspektif yang sangat optimistik, tanpa kehilangan kesadaran atas ancaman yang memang nyata-nyata mengancam keluarga itu sendiri.
Ancaman terhadap keluarga itu memang harus diakui sedang dilancarkan dengan dahsyat-dahsyatnya pada saat ini. Barangkali, dalam kesempatan lain, bijak pula bagi kita untuk berbicara tentang sikap waspada terhadap ancaman-ancaman ini, untuk memperingatkan masyarakat agar waspada, menangkal dan melawan bahaya itu semua. Tapi, dalam tema yang sedang kita bangun ini, kita harus begitu fokus dahulu untuk berbicara tentang sudut pandang yang lebih progresif dan optimistik tentang keluarga: keluarga peradaban.
Jadi, kita harus berbicara tentang keluarga untuk masa depan. Ini adalah tentang keluarga untuk peradaban, keluarga untuk amar ma'ruf nahi munkar, di mana amar ma'ruf dilaksanakan dalam rangka melaksanakan perintah Allah dan barulah kemudian menekan larangan-larangannya. Barulah setelahnya kita pantas berbicara mengenai menghancurkan kebatilan dan kemungkaran.
-------
Dirangkum dari buku Keluarga Peradaban, karya Drs. Adriano Rusfi, Psikolog.
No comments:
Post a Comment