Saat mudik akhir
tahun 2012 ke Probolinggo, Jawa Timur, alhamdulillah bisa silaturahim
kembali dengan beberapa kawan dan mendengar kisah-kisah yang luar
biasa. Di mana-mana kisah aktivis dakwah memang luar biasa. Sungguh beruntung
saya bisa kenal dan bersahabat dengan mereka. Minimal dapat semangatnya. Ibarat
dekat dengan penjual parfum, kita ikut dapat wanginya. Beberapa profil di bawah ini adalah profil kawan saya yang di Lumajang, sebuah kota tetangga dengan Probolinggo. Tempat saya pernah tinggal 1,5 tahun lamanya.
Relawan berputra 11 (insya Allah akan 12)
Ia masih muda,
mungkin hanya dua tahun di atas saya, 42 tahunan. Tapi kiprah sosialnya luar
biasa. Ia tenaga kesehatan yang jadi andalan kawan-kawan Lumajang kalau ada bencana
dan baksos. Dalam darahnya seperti sudah mengalir jiwa relawan kemanusiaan. Ia memang relawan andalan PKPU Lumajang. Jiwa kemanusiaannya, saya yakin itu berangkat dari keyakinan, tawakal dan optimismenya. Ini terasa
kalau kita melihat wajahnya. Saya kadang menyebutnya dengan easy going. Tapi bukan bermakna seenaknya. Tapi
menganggap apapun masalah duniawi dengan ringan. Wajahnya selalu tenang dan
tersenyum. Hanif dan sedikitpun tidak terlihat ambisi tertentu. Bahasanya
santun dan dikenal dermawan.
Saat saya ke
Lumajang yang berselang 1 jam perjalanan dari Probolinggo itu, sayangnya tidak
sempat bertemu karena momen tidak pas. Ke Lumajang sudah malam dan keadaan
hujan lebat. Hanya bertemu beberapa gelintir kawan yang akan pengajian di Islamic
Center Tukum, Lumajang. Pada malam sebelumnya ada yang ceritakan tentang
perkembangan terbaru Mas Karim, begitu namanya biasa disebut, oleh Mas Sumitro
waktu silaturahim ke rumah di Paiton, Probolinggo.Jadi saya hanya dengar
ceritanya saja. Tapi, insya Allah shahih.
Isteri Mas Karim sedang
hamil ke 12. Saya kaget koq bisa cepat begitu? Ternyata saat hamil ke delapan
Allah karuniakan bayi kembar tiga. Sehingga langsung berjumlah sepuluh.
Kemudian lahir lagi satu. Dan sekarang sedang hamil yang ke 12. Jadi, kalau di
Jakarta ada Mas Tamim, Ustadzah Yoyoh (almarhumah). Dr Mardani yang berputra
banyak. Di Karawang ada Ustadz Iman Santoso, Bu Maryanah dan Ustadz Ara. Nah, di
Lumajang ada Mas Karim . Ternyata benar bukan? heroisme itu benar-benar ada,
dan ada dimana-mana.
Yang Sepuh Yang Super Semangat
Usia 65 tahunan biasanya
waktunya istirahat. Tapi Pak Slamet lain. Semangatnya telah membuat kawan-kawan aktivis dakwah
yang masih muda pada keder. Bagaimana tidak? Di Usia sepuh iu, ia masih sempat
kuliah S1 jurusan Bahasa Inggris. Masih sanggup ikut longmarsch 30 km. Tiap
hari olah raga jogging. Kalau muhkoyam (camping kepanduan PKS) pasti yang terdepan dan paling
bersemangat. Kini ia bahkan jadi standar kedispilinan dalam hal menghadiri acara. Hampir pasti, lima menit sebelum waktu
mulai acara sebagaimana yang diinformasikan, ia sudah hadir di tempat.
Kalau saya nekad
nyopir sendiri Karawang Probolinggo seperti touring terakhir ini, salah satunya terinspirasi dari Pak Slamet
ini. Ia suka touring berdua bareng istrinya yang asal Bogor. PP Lumajang-Bogor
naik sedan tua Peugeot. Saya pikir beliau yang sudah sepuh saja begitu berani
menempuh jarak jauh, kenapa saya tidak?
Terakhir, yang
paling fenomenal adalah saat ia mewakafkan separuh hartanya untuk dakwah. Tanah
dua hektar di dua lokasi amat strategis. Masing-masing satu hektar. Saat akan menandatangi akte wakaf, saudaranya yang
jadi saksi sempat mengingatkan “apa nggak dipikirkan lagi, Mas? Anak-anak kan
ada yang masih kuliah, nanti biayanya dari mana?”. Malah dijawab” Kamu nggak
usah ikut mikir, justru ini harta saya nanti di akhirat. Kalau yg lain mah
belum tentu jadi milik saya di sana!”. Rencananya, di lokasi wakaf akan
dibangun markaz dakwah dan sekolah.
Pengusaha Yang always
Silaturahim
Sebelum jadi anggota legislatif dari PKS periode
2009-2014, kerjaan Mas Husnul Khuluq ini “hanya” silaturahim. Setiap hari ia hampir
bisa dipastikan keliling. Nyambangi orang-orang. Memang ia sengajakan. Bukan
sambil lalu. Kalau sudah niat mengunjungi seseorang, ia akan upayakan betul. Seperti
ke rumah saya yang di Karawang, bahkan ia sudah pernah dua kali sengaja mampir.
Saya baru membalasnya satu kali doang.
Kang Husnul memang
enterpreneur sejak muda. Begitu lulus dari
Universitas Ibnu Khaldun, Bogor , ia dimodali taksi oleh orang tuanya. Taksi
itu kemudian ia jual buat berangkat haji. Berangkat hajinya karena “terpaksa”
setelah mendapat tausiyah singkat dari Ustadz Didin Hafidhuddin yang kebetulan
jadi penumpang dan sempat ngobrol sebentar. Saat ngobrol itulah ia diberi motivasi
untuk segera ke tanah suci. Iapun berangkat bermodal hasil menjual mobilnya.
Pulang dari Haji,
ia pulang kampung ke Lumajang. Mencoba berbagai jenis usaha. Usaha awalnya
adalah membuat daging bakso. Kemudian jual beli mobil dan motor bekas. Usahanya
makin berkembang ke mana-mana. Sekarang ia buka usaha ternak ayam dengan pola
kemitraan, setelah sebelumnya buka usaha bengkel dan angkutan barang. Ia memang
sudah punya truk. Ia dikenal hampir
semua orang di daerah pasar Klakah, Lumajang. Ia biasa dipanggil Haji Husnul.
Semangat
silaturahim bila dibarengi enterpreneurnship memang berefek amat dahsyat. Saat
pemilu legislatif 2009, walaupun kader PKS masih sedikit di dapilnya, namun ketokohannya menutupi
kekurangan itu, dan (bi-idznillah) menjadikan ia terpilih jadi aleg dari
dapilnya. Begitu ia terpilih, sebuah mobil tangki air bersih berlogo “PKS Pasti
Pas!” ia sumbangkan khusus untuk kebutuhan suplai air saat musim kering. Maka,
saat kemarau mobil tanki itu hilir mudik ke berbagai pelosok yang kering untuk menyuplai
air bersih.
Waktu saya
silaturahim ke rumahnya, ia sudah ditunggu dua tamu dari pelosok desa lereng gunung.
Ternyata mereka petani binaan. Petani Alpukat jenis mentega yang difasilitasi
hingga pemasaran ke Jakarta. Saat itu ia baru pulang dari DPD PKS Lumajang menghadiri raker
awal tahun. Saat ngobrol saya ditunjukan foto-foto beberapa masjid yang
sumbangan dari Hilal Ahmar. Rupanya ia diamanahi koordinator Hilal Ahmar untuk
wilayah Lumajang. Tahun 2012 lalu Lumajang kebagian empat lokal masjid. Tak ketinggalan, di masjid Jami’ yang dekat
pasar Klakah itu ia juga dipercaya untuk mengimami shalat. Bacaan qur’annya
memang bagus. Benar-benar hidup yang berkah buah silaturahim.
Nah, luar biasa bukan? Dan ini cerita
bukan di negeri dongeng, lho. Ini sungguhan! Kalau tak percaya, silakan saja silaturahim ke yang bersangkutan, he he.
*bersambung ...