by: Nurul Hidayati |
Kang Parman dan seorang Putrinya |
Setangkai bunga digenggamannya diserahkan dengan malu-malu. Mungkin karena di depan khalayak. Namun di hadapannya Sang Nyonya menerima dengan antusias. Ia kelihatan begitu sumringah. Rupanya, dimana-mana perempuan itu senang dengan bunga ya. Apalagi yang memberi adalah sang suami. Maka, iapun membalasnya dengan ciuman mesra, di kiri dan kanan pipi orang nomor satu di Karawang itu. Suasana ruangan Aula Husni Hamid di satu hari di bulan Juli 2011 itu pun ikut sumringah. Tepuk tangan dari 120-an pasutri begitu membahana. Dan, Daurah Keluarga Samarada (Pelatihan Keluarga Sakinah, Mawaddah, Rahmah di jalan Dakwah) yang menghadirkan trainer pasutri Satria Hadi Lubis dan Kinkin Annida itu menjadi penuh warna.
Setelah sang suami bernama Haji Ade Swara itu memberi sambutan, improvisasi panitia belum berhenti. MC kemudian menyebut satu pasang nama dan memintanya naik ke panggung. Namanya memang tidak begitu popular, mungkin. Tapi pagi itu ia mendapat kehormatan. Bahkan jadi bintang acara itu. Ia dipanggil bersama sang isteri, menuju panggung. MC kemudian kembali berhasil “memaksa” Haji Ade dan nyonya kembali ke panggung acara. Kali ini untuk memberikan ucapan selamat. Untuk apa? Ternyata pasangan mendapat penghargaan Keluarga Teladan tingkat DPW PKS Jawa Barat.
Cara panitia memberikan apresiasi cukup diacungi jempol. Tidak sekedar ucapan selamat dan sebentuk bingkisan yang biasanya. Tapi melalui ucapan selamat dari Bupati itu. Panitia, dalam hal ini mewakili DPD PKS Karawang berhasil memberikan apresiasi terbaiknya terhadap kader yang memang layak diapresiasi.
Siapa kader itu? Namanya Bapak Suparman. Isterinya bernama Ibu Reni. Melalui seleksi oleh para pembimbing kader (muroby) terpilihlah ia mewakili Karawang. Ia terpilih untuk kategori keluarga muda. Tentu prestasi khas ala PKS. Bukan prestasi semu semacam Cerdas Cermat Keluarga, misalnya. Tapi prestasi kehidupan. Prestasi sebuah keluarga yang bertahan di tengah badai. Prestasi dalam konsistensi memegang prinsip di tengah segala keterbatasan ekonomi. Ia adalah pahlawan di tengah-tengah kita. Dekat dengan kita. Ia adalah contoh hidup dari nilai-nilai yang selama ini kita peroleh dalam tarbiyah.
Kalau kita cermat melihat para kader, tak perlu sebenarnya mencari sumber inspirasi dari negeri nun jauh. Ia ada di depan mata. Tak perlu kita mengoleksi buku-buku semacam Chicken Soup, kalau hanya untuk mencari kisah yang menggugah. Semua ada di lingkaran kita. Salah satunya Kang Parman dan Teh Reni ini. Ia adalah potret keluarga kader dakwah yang visi ketika pernikahannya adalah dakwah. Ia adalah contoh hidup cinta sejati di jalan dakwah. Pas dan cocok benar dengan tema pelatihan pagi itu : “Keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah di jalan dakwah”.
Siapakah Kang Parman?
Keluarga Suparman adalah keluarga yang sederhana. Beliau tinggal di Cikampek, Kabupaten Karawang. Masuk ke Cikampek tahun 2002 beliau sekeluarga menempati sebuah rumah kontrakan di Perumahan Pondok Melati, Cikampek selama lima tahun. Kemudian mereka menempati rumah seorang kader di Griya Citra Persada. Terakhir dan hingga saat ini tinggal di rumah seorang karyawan bank Muammalat, menempati cuma-cuma dengan catatan mau membentuk dan mengelola TPA di rumah tersebut, saat ini anak-anak yang ikut belajar di TPA khairunnisa berjumlah 35.
Memulai hidup di Cikampek dengan berjualan jamu keliling dan bunga plastik,beralih ke jualan baso dan nasi goreng, mie ayam jamur,dan bekam. Tapi yang terakhir ditekuni adalah berjualan jilbab di pasar kaget dari tahun 2004 sd sekarang. Bahkan untuk lebih rapi dalam pengelolaan wirauasaha-nya, usaha jilbab langsung dikelola oleh Bu Reni, istrinya. Sementara kang Parman kini tengah menekuni usaha kereta listrik
Keluarganya sederhana, namun harmonis, juga kompak dalam usaha (dalam hal ini berdagang). Anak anaknya santun dan sangat memahami kondisi orang tuanya, tapi memiliki prestasi yang baik di sekolah. Suami istri aktif berdakwah. Inilah alasan dicalonkannya keluarga Kang Parman. Hal istimewa lainnya, saat putra-putrinya diwawancara dan ditanya “apa Abi Umi pernah bertengkar?”, Mereka kompak mengatakan “Itu dia, Abi dan Umi nggak pernah marah atau bertengkar”. Subhanallah.
Berikut testimoni dari Ketua DPD PKS Karawang, Ustadz Jajat Sudrajat, Lc saat memberi pengantar pada berkas pencalonan:
“Dengan mengharap ridha Allah SWT semata, dan kesaksian ikhwan dan akhwat mautsuqin (terpercaya) yang selama ini berinteraksi dengan keluarga ini, serta mempelajari jejak rekam dan muamalah sepasang suami istri ini dalam berinteraksi di keluarga, partai dan masyarakat kami jatuhkan pilihan kepada keluarga pak Suparman sebagai profil calon penerima Keluarga Idaman Award. Secara pribadi saya sebagai kader PKS memberi kesaksiaan lillahi ta’ala sejauh pengetahuan saya, - walaa Uzakki ‘alallahi Ahadan - bahwa beliau adalah seorang kader tangguh dan saya mengagumi dedikasinya kepada partai dan serta mengagumi kesederhaan, kerja keras dan komitmennya pada syari’ah dan tarbiyatul aulad walau dalam keterbatasan ekonominya.”
Kalau melihat profil putra-putri Kang Parman, kita juga patut iri, simak saja :
- Anak pertama : Rosida Ulfah, lahir di Lampung,23-02-1993, menempuh Pendidikan di lembaga tahfizh Asy Syifa Subang Jawa Barat, sudah tarbiyah sejak 2008. Hafal Al Qur’an 8 juz
- Anak kedua : M Dhofir Ali, lahir di Lampung,14 Juli 1994, sekolah di SMA Baitul Qur’an Depok (Ust Muslih A Karim) sudah tarbiyah sejak 2010. Hafal AlQur’an 19 juz.
- Anak ketiga : M.Rafiq Abdurrahim, lahir di Lampung, tanggal 28-10-1997. Sekolah SMP kelas 2. Meraih Rangking 3 di kelasnya.
- Anak ke empat : M.Faruq Abdullah, lahir di Lampung, tanggal 6-04-2002. Sekolah di SD kelas 2. Meraih rangking 4
- Anak kelima: Sofia A. Haura, lahir di Karawang, tanggal 7-4-2008.
Untuk keluarga dengan segala keterbatannya, capaian Kang Parman memang patut dijadikan contoh.
Mudahan-mudahan sekilas tentang Kang Parman ini menjadi inspirasi bagi keluarga kita.
Karawang, Juli 2012
Nurul Hidayati
Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan DPD PKS Karawang