Posts

Showing posts from October, 2014

Perunggu Indah Di Awal Hijriah

Image
Imad (merah) siap-siap beradu Awal tahun 1436 Hijriah kemarin kami mendapati moment istimewa. Tak kalah istimewa dengan moment di GSG Salman saat mendampingi Si Teteh, hari Jum’at sebelumnya. Kali ini golden moment itu sebuah kebersamaan saat menyaksikan Imad, anak kedua kami, bertarung Tae Kwon Do di GOR Adiarsa Karawang. Hari itu Imad berseragam Tae Kwon Do sabuk kuning strip hijau. Kelas Kadet under 43 kg. Pada turnamen Karawang Open yang diikuti klub Tae Kwon Do se Jawa itu. Imad bernaung di klub Perkasa Tae-Kwon-Do Club (PTC)  Ada juga peserta dari Sulawesi dan Lampung. Imad dan kawan-kawan akan menjajal keberanian dan skil bela diri asal Korea itu. Dhiya, Uki dan Nafisa ikut menyaksikan. Jadi supporter dari balkon. Saya biarkan mereka saksikan kakak laki-lakinya itu beradu. Membanting tulang dalam pengertian sebenarnya, karena senjata utamanya adalah tendangan kaki. Tentu akan berbenturan. Seperti dibanting-banting. Akhirnya kaki Imad meman...

Menikmati SALMAN ITB

Image
Suasana di dalam masjid Salman ITB Ternyata jadi juga bisa menikmati suasana Masjid Salman sampai puas. Itu karena saya bareng Nyonya Permaisuri menemani Si Teteh Fathia yang jadi pembicara di acara Talk Show "Sampurasun Jabar 2014" yang digelar Fornusa (Forum Rohis Nusantara) Jabar. Karena acara mengambil di Gedung Serba Guna Salman yang berdampingan dengan masjid, saya jadi leluasa. Kebetulan tiba di sana sebelum waktunya shalat Jum'at, sehingga bisa menikmati khutbah di salah satu masjid legendaris ini.  Pilihan panitia Talkshow yang mengundang anak-anak SMA ke Salman memang cerdas. Karena pasti akan mengangkat moral anak-anak Rohis ketika mengasosiasikan dirinya dengan masjid Salman ITB. Pengalaman hadir di situ saja sudah memberi kesan khusus. Ke Salman ITB ini untuk kali kedua. Namun baru kali ini bisa puas menikmati suasananya. Setahun lalu memang pernah jum’atan di sini saat pulang dari acara kantor bersama rombongan. Hanya saja karena datangnya mepet, akhi...

PANGGUNG SALMAN DI PENGHUJUNG TAHUN

Image
Poster Acara Pergantian tahun baru Hijriah tahun ini amat istimewa. Saya menjumpai dua golden moment yang tak boleh terlewatkan. Sebisanya dan bagaimanapun caranya saya harus bisa menghadiri. Sabisa-bisa kudu bisa , “A llahumma paksakeun ” kata urang Sunda mah . Golden moment adalah saat-saat kebersamaan orang tua dan anak yang special. Dengannya akan terbangun ikatan emosional yang erat. Salah satu momen itu adalah saat anak unjuk prestasi. Hari Jumat, 24 Oktober 2014 bertepatan dengan penghujung tahun 1435H. Saya bareng Nyonya Permaisuri berada di Bandung. Kami menghadiri tampilnya “Si Teteh” Fathia di acara SAMPURASUN JABAR 2014 . Sebuah acara Talkshow yang digelar oleh Forum Rohis Nusantara (FORNUSA) bertema “ Comeback to Masjid, Guys ”.  Si Teteh diminta jadi pembicara bareng dr Harnandhito Yudithia dan Meyda Sefira. Kenapa Si Teteh yang diundang? lagi-lagi karena buku Breaking The Limit . Panitia memang mencari pembicara yang  mewakili pes...

HADIAH TERAMAT INDAH

Image
Apa hadiah teramat indah dari anak yang pernah Anda terima? Jawabannya pasti beragam. Memang relatif. Tergantung persepsi yang menerima. Bagi saya hadiah teramat indah itu salah satunya adalah…. ********* Anak kedua kami   menerima saja ketika ditawari untuk mondok di pesantren tahfidz paska kelulusan SD-nya, satu tahun lalu. Rupanya itu bukan tiba-tiba. Karena di Buku Memory kelulusan SD-nya tercantum kalau cita-citanya adalah jadi penghafal Al Qur’an. Entah dari mana datangnya. Saya menduga karena ada pesan khusus dari Uminya.  Sekarang ia sudah menginjak tahun kedua di SMP Qur’an Al Hafidh, Jatisari,  Karawang.  Singkat benar waktu terasa. Untuk tahun pertama, Imad sudah bisa menghafal 4 juz, alhamdulillah.  Tetapi entah karena apa, kami tidak sempat menguji hafalannya. Waktu itu dengan sudah melampaui hafalan abi-uminya, sudah bersyukur sekali. Kamipun tidak mentarget agar Imad hafal 30 juz. Targetnya kualitatif saja, maksimal. So...

APLIKASI SEDERHANA TENTANG KETELADANAN

Image
sumber : internet Satu hal paling “menakutkan” bagi orang tua ketika berbicara tentang mengasuh anak adalah saat bertemu kata “ teladan ”. Mungkin seperti bertemu pocong di gelap malam Jum’at Kliwon (padahal saya sendiri juga belum pernah ketemu Si Pocy). Soalnya, ini memang tuntutan. Jadi menakutkan, karena sadar betapa diri masih masih belepotan kualitas keshalihannya. Jadinya, merasa tak pantas jadi orang tua sering mendera. Apatah lagi ketika harus memberi keteladanan. Maka, keteladanan pun menjadi utopia. Bagi yang ditaqdirkan amanah berbilang banyak seperti saya, tentu menjadi makin horor. Lalu bagaimana seharusnya menyikapi kata keramat itu? Untuk hal-hal yang sifatnya abstrak, seperti keshalihan pribadi, akhlak, kebiasaan sehari-hari, saya pikir biarlah berjalan secara natural. Ya mau bagaimana lagi, terlanjur diamanahi anak. Banyak pula. Memangnya mau dikembalikan? Bagaimana mengembalikannya? Lagipula ada sisi lain yang membuat rasa “memiliki” terhadap ana...