Posts

Showing posts from June, 2013

Cangkir Keramik

Image
Sebuah cangkir keramik cantik duduk manis meja kerja. Bertuliskan nama dan tanggal lahir. Muasalnya dari Paguyuban Pegawai KPP Pratama Cikarang Utara. Hal yang sederhana seperti ini memang membuat siapapun akan merasa dihargai. Merasa dianggap. Sebuah upaya sederhana yang memang  Rasulullah sendiri menganjurkannya : tahaaddu... tahaabbu ! Saling memberi hadiahlah, niscaya kalian saling mencintai. Saya jadi ingin sedikit menulis tentang   keramik ini, sehingga ia menjadi benda indah dan layak jadi hadiah. Yang bikin sumringah hati yang resah, karena ultah sudah memasuki usia yang bikin gelisah. Empat puluh tahun memang usia yang bikin gundah. Walaupun kata orang, hidup itu dimulai usia 40 tahun. Saya merasa seperti sedang di pertengahan perjalanan. Masih punya masa depan, tapi sudah punya  masa   lalu yang cukup. Merasa belum melakukan apa-apa. Terlalu banyak waktu terbuang percuma dengan mengerjakan hal-hal remeh. Mestinya saya sudah seperti keramik itu....

Antara Kemeriahan, Do'a dan Air Mata

Image
Hari Sabtu kemarin,22 Juni 2013. Imad, anak kedua saya lulus SD. Satu fase pendidikan formal sudah dilalui. Bagi yang menghadiri acara kemarin itu, pasti sepakat dengan saya : penyelenggaraanya amat megahnya. Meriah. Tempatnya di Rumah Makan paling top se Karawang : Indo Alam Sari. Untuk acara setingkat SD, acara kemarin itu menurut saya memang istimewa.   Acara ini kembali jadi ajang pembuktian para gurunya. Sebagai event organizer, guru-guru SDIT Harapan Ummah memang sudah berpengalaman dari tahun ke tahun. Dua tahun sebelumnya, penyelenggaraan dilangsungkan di Gedung Aula Husni Hamid. Komplek Pemda Karawang. Beberapa sekolah swasta seperti Al Irsyad memang kadang memakai gedung di luar sekolah untuk penyelenggaraan acara akhir tahun. Saya tidak tahu apakah sekolah negeri ada yang menyelenggarakan acaranya digedung-gedung itu atau hanya di sekolahnya saja. Saya kebetulan datang sendirian. Nyonya menghadiri acara kenaikan kelas Fathia dan Dhiya, kakak d...

Satu atau Banyak Sama Saja

Image
Punya anak satu  atau banyak ternyata sama saja rasanya. Terutama dalam hal menyayangi. Punya anak lima tidak berarti cinta kita terbagi lima. Tidak sama sekali. Justru cinta kita menjadi lima secara utuh. Hati kita memang tidak seperti kotak yang kaku dan rigid dmana volumenya tidak bisa bertambah. Hati kita lebih seperti balon yang mampu memuat udara ynag ditiupkan. Hati kita akan mampu menampung berapapun isinya. Berapapun yang harus disayangi dan dicintai. Tidak heran karena Sang Utusan, Nabi Mulia Muhammad SAW terasa cintanya ke seluruh ummat, karena memang cintanya Beliau tak terbatas. Wujud cinta tak terbatas itu, adalah tatkala seseorang mampu menyediakan dirinya untuk yang dicintai. Menyediakan waktu, perhatian, dan pengorbanan. Walau kita memang akan terbentur dengan materi. Walau kita memang hanya punya waktu yg terbatas, materi yang terbatas, tangan cuma dua, kaku hanya dua, mulut cuma satu, telinga hanya sepasang. Inilah seninya menyayangi. Itulah luar biasan...

Ksatria Perlemen Yang Gagah Berani

Image
Beberapa waktu belakangan ini, layar kaca dan judul berita media, baik cetak online banyak sekali, bahkan sesak dengan berita politik. Tahun 2013 dan 2014 memang tahun politik. Karena jelang pemilu 2014. Saya yang dekat dengan kawan-kawan yang aktif PKS mau tak mau akan tersedot perhatian tatkala ada berita tentang PKS ini. Apalagi ketika ada kasus nan mengoda dan fenomenal. Tentu kadar perhatian saya akan berlipat seperti kue lapis kesukaan saya. Pemicunya adalah ditangkapnya Ustadz Luthfi Hasan Ishak (saya tidak pakai "LHI" ya, karena saya hormati beliau sebagai seorang ustadz.  Nama "LHI" sudah jadi merk yang jelek menurut saya) tanpa proses pemeriksaan, saat masih berlangsung rapat, langsung di rumahnya, kantor DPP PKS. Alasan sudah ada dua bukti hukum, cukup bagi KPK untuk menggelandang ke jeruji tahanan. Bukan jeruji penjara ya. Ini baru tahanan. Statusnya baru tersangka. Belum divonis bersalah. Sejak itu nama PKS dan Ustadz Lutfi menjadi hingar b...

Antara ENAK Dan UEENNAAAAAK!

Image
Salah satu seni menikmati hidup adalah saat menghadapi makanan. Kita memang merespon makanan yang terhidang di meja makan dengan beragam bentuk. Ada yang selektif sekali dengan selera. Ada juga yang terpaksa selektif karena punya diabetes atau tekanan darah tinggi. BIsa juga karena faktor trauma. Jadi banyak pantangannya. Ada yang nggak mau sayur. Ayam juga nggak mau.   Ini itu nggak mau. Akhirnya yang dipusingkan adalah bagian logistik. Ibu-ibu jadi kebagian pusing pilih menu kalau bertemu yang banyak pantangannya. Nah, saya mah termasuk beruntung. Itu karena masa lalu di pedesaan memang dibiasakan makan sayur. Anda tahu sendiri kan, kalau rasa sayur itu datar. Kadang tidak ada rasanya. Yang membedakan rasa itu sebenarnya bumbunya. Sepahit apapun sayur, kalau bumbunya enak, dia akan enak. Coba saja, daun Pepaya dan buah Pare, kurang pahit apa? Toh tetap bisa dimakan. Ya, karena bumbunya itu. Seperti kopi, kalau gulanya pas, kombinasi pahit dan manisnya, sungguh mengha...