Dhiya dan aneka Kreasi Lego-nya |
Anak saya, Dhiya, sedang keranjingan lagi mainan lego.
Gara-garanya adalah saat belanja sembako di sebuah minimarket, Dhiya
tiba-tiba berteriak: "Bi, ada mainan bongkar pasang baru, manteeep!"
Dhiya memang sering menggunakan kata mantep untuk sesuatu yang
menurutnya hebat dan menarik.
Lego adalah mainan bongkar pasang kesukaannya. Saya sendiri ikut
senang, karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari mainan ini. Lego
justru mainan yang sangat merangsang kreativitas. Masalahpun cuma
satu, itulah saat nggak ada uang cash di tangan. Inginnya memberi lego dalam jumlah yang banyak, sehingga kreativitasnya terus tersalurkan.
Beruntung, hari itu saya menemukan trik, agar kreativitas tidak cepat
luntur, tepatnya bosan. Saya pasang target, kalau Dhiya mampu membuat
50 variasi lego, saya belikan satu kotak lagi lego seharga Rp 20.000
itu.
Rupanya manjur juga, Dhiya yang sebentar lagi masuk SD ini sangat
bersemangat membuat bentuk-bentuk baru dari pecahan lego. Untuk
menghargai upayanya, setiap selesai satu model saya potret pake kamera
ponsel. Akibatnya, puluhan gambar kreasi lego menyesaki memori ponsel
saya. Ada 30-an variasi lego berbagai bentuk! Dari bentuk rumah, mobil,
robot, hingga pesawat masa depan.
Akhirnya, justru Umi-nya yang menyerah. Nggak tega, katanya. Belum
mencapai 40 model, sekotak lego baru harga 20.000 itu sudah ada di genggaman Dhiya. Ada binar menyala di matanya. Sebelumnya, binar
matanya selalu terlihat saat saya memotret dengan kamera ponsel dan
memperlihatkan hasil jepretannya. Biasanya saya beri satu acungan jempol
sambil bilang hebat! atau mantep!, persis ucapannya saat melihat
kotak lego di rak toko itu.
Itulah penghargaan sederhana saya untuknya.
Saya yakin, gembira benar hatinya. Sebentar kemudian, kembali Dhiya tenggelam dalam keterhanyutan berkreasi. Ya, segudang kreativitas seharga Rp 20.000 .
Begitulah, menjadi ayah 4 anak memang sebuah amanah, tantangan,
sekaligus anugerah. Menjadi ayah ternyata lebih merupakan sebuah
perjalanan. Sebuah pencarian. Dan itu dimulai sejak sebelum kita memilih calon
ibu buat anak-anak kita. Kebanyakan kita melaluinya dengan otodidak,
learning by doing. Trial and error. Bahkan error-nya sering
mendominasi. Sampai sekarangpun saya masih dalam perjalanan itu.
Mendampingi anak adalah salah satu agenda besar seorang ayah. Ini
memerlukan komitmen tinggi walaupun sederhana bentuknya. Seperti contoh
di atas, hanya mendampingi proses kreatif membuat lego ternyata
membutuhkan komitmen tidak kalah besar seperti halnya menghadapi proyek
bisnis skala besar. Terutama waktu dan kebersamaan di tengah berbagai
tuntutan peran itu.
Satu yang pasti : anak-anakku ayah mencintai kalian :-)
Karawang, 21-12-2010
catatan:
Desember 2012...Kegemaran Dhiya main lego makin canggih saja. Disamping modelnya makin variatif dan rumit. Cara bermainnya juga lebih hi-tech. Dhiya sudah bisa cari sendiri info jenis dan model lego di internet. Sudah mahir main sama Mbah Google. Lalu dicoba dipraktekan sendiri. Salh satunya model mobil balap F1, sepetri gambar di bawah ini:
No comments:
Post a Comment