Ketika semua orang ragu untuk kembali masuk sekolah. Bahkan di Finlandia yang disiplin warganya lebih baik, saat sekolah dibuka kembali, justru berujung pada terjangkitnya siswa dan guru dengan virus Covid-19 ini.
Di negara asal virus ketika lockdown dibuka oleh otoritas China, dan sekolah masuk kembali, maka protokol kesehatannya sangat ketat sekali. Situasinya sangat jauh dari normal. Anak-anak seperti terpenjara di alam terbuka. Hanya beda tampilan saja. Tangan tidak diborgol dan kaki dirantai.
Pertanyaannya: apakah kondisi tidak normal itu kita pertahankan atau kita harus mencari alternatif lain yang lebih layak, lebih mudah, juga lebih manusiawi. Benar-benar move on.
Kita harus memberikan solusi alternatif yang mendasar sekaligus menyeluruh. Solusi total tentang desain baru pendidikan berbasis rumah dan keluarga. Di mana rumah adalah tempat pendidikan karakter yang sesungguhnya. Melibatkan orang tua secara optimal. Sedangkan guru adalah partner terkait fasilitator untuk mengkonstruksi pengetahuan.
Lingkungan sekitar adalah laboratorium alam yang menjadi tempat belajar anak-anak. Sekaligus tempat mengekspresikan ilmu yang diperoleh. Sehingga anak-anak kita kembali mengakar di lingkungannya. Mengakar di keluarganya. Mengakar di masyarakatnya.
Lebih jauh mereka mampu memberikan solusi bagi masalah di lingkungannya.
Secara sederhana, misalnya project urban farming yang coba kita sodorkan sebagai proyek percontohan alternatif. Ketika sudah berjalan maka ini menjadi solusi bagi lingkungan yang lebih hijau, oksigen yang lebih sehat, pemanfaatan pekarangan yang lebih produktif, ketahanan pangan, ketersediaan obat obatan keluarga.
Tak henti di situ, setelah ada hasil panen misalnya sayuran atau ikan, maka ini bisa disedekahkan kepada tetangga yang membutuhkan. Jadi tidak semata-mata berorientasi profit.
Menjual hasil dari ternak ikan atau hasil budidaya sayuran tetap menjadisalah satu target. Bahwa anak-anak kita punya bisnis yang dijalani prosesnya dari a sampai z.
Jadi sekali lagi bahwa momentum Covid-19 ini harus betul-betul dimanfaatkan sebagai koreksi bagi sistem pendidikan yang sudah terlanjur mengakar kokoh dan seolah-olah tidak ada yang bisa merubahnya. Yang membelenggu alam pikiran kita sehingga kita diperbudak dan tidak bisa berkata "tidak". Dimana kita tidak bisa melawan, seolah tidak punya pilihan kecuali menuruti apa kata sistem.
Kita akan kembali menerjemahkan, mengekspresikan gagasan pendidikan yang memerdekakan, yang menghargai bakat, sebagaimana yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara. Sebagai taman bagi anak-anak kita.
Anak-anak kita menjadi bunga yang beraneka warna yang indah. Tidak lagi menjadi rumput yang seragam atau diseragamkan sesuai dengan keinginan industri yang akan memanfaatkannya.
Jadi, kalau tidak sekarang kapan lagi?
Mari kita bergabung bersama merangkai satu gerakan awal dari pendidikan yang lebih menjanjikan. Untuk masa depan yang lebih baik. Sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
No comments:
Post a Comment