Saung Para Juara
Cuaca Sabtu pagi, 19 Juni 2010 itu begitu segar dan hangat. Ya, 
pepohonan sedang hijau-hijaunya setelah tersiram air hujan setengah 
tahun sebelumya itu kini bermandi cahaya matahari awal musim kemarau. 
Semangat saya menghadiri undangan Brother Ridwan, SE "visioner" itu jadi
 ikut2an segar dan hangat. Brother yang Kepala SMP Alam Amani dan masih 
lajang itu memang meminta saya jadi anggota "tim penguji" karya tulis 
siswa SMP kelas VII dan VIII.
Walaupun undangannya dikirim via SMS, saya merasa begitu bersemangat!
 Ya, karena pagi itu saya akan saksikan sendiri sebuah pembuktian dari 
tesis yang selama ini saya yakini, bahwa pendidikan yang baik adalah 
pendidikan yang memerdekakan. Pendidikan yang baik bukan karena gedung 
kelas yang megah full AC. Dan tesis itu coba dibuktikan dengan 
didirikannya Sekolah Alam Amani, 2 tahun lalu. Dimana anak-anak alam itu
 belajar tidak terpaku di dalam ruang kelas. Awal-awal berdiri malah 
berkampus di rumah Blok A Perumnas. Selanjutnya, numpang di TK Abata. 
Kini, anak-anak alam itu sudah bisa nyaman dengan kampus sendiri Saung 
Amani, di Jl. Pintu Air, Wadas, Telukjambe Timur, Karawang.
Sebuah pembuktian yg sedikit menegangkan. Menegangkan karena alat 
buktinya berupa karya tulis. Setahu saya yang namanya tugas karya tulis 
itu baru diberikan saat SMA. Apa bisa anak kelas VII dan VIII bikin 
karya tulis hasil penelitian? Artinya kalau anak2 alam ini gagal bikin 
karya tulis yang bagus, habislah tesis itu. Masa depan SMP Amani seperti
 sedang dipertaruhkan.
Disampin perasaan itu, saya juga masih ada perasaan gundah. Salah 
satunya karena respon masyarakat yang masih asing dengan konsep sekolah 
alam. Buktinya jumlah anak yang dipercayakan orang tua belum melewati 
angka 10 pada setiap angkatannya. Walaupun begitu saya tetap optimis, 
ini hanya masalah waktu saja. Apalagi pak Asep Saefudin yang menjadi 
otak dibalik pendirian Sekolah Alam Amani semacam memberikan "garansi", 
insya Allah tahun ke empat SMP Amani bisa running. Saat sudah ada yang 
lulus dan outputnya sudah jelas. Tapi, sekali lagi, semuanya khan butuh 
pembuktian. Inilah kenapa saya jadi agak tegang.
Yup, Sabtu itu anak anak alam itu akan diuji kemampuan analisis 
mereka. Sebelumnya menuangkan kedalam karya tulis, mereka "diliburkan" 
dulu utk sebuah penelitian. Tidak tanggung-tanggung, dua bulan full 
mereka turun gunung. Kegiatan yang agak aneh untuk seusia mereka.
Setelah dilakukan persiapan semestinya, presentasi dibuka pukul 
10.30. Ternyata suporter acara saat itu tak hanya guru dan anak-anak 
alam. Ada ortu calon siswa baru. Ada juga yg bareng anaknya yg mau 
masuk. Anak-anak SD Alam Amani juga ada yang ikut menyimak. Ini benar2 
sidang terbuka. Cukup surpise bagi saya. Mengingat acara ini sebenarnya 
acara serius. Dan biasanya, yang serius itu tidak menarik.
Setelah dipersilakan ke ruangan utama Saung 1, anak-anak alam yang 
akan presentasi itu berbaris masuk beriringan sambil mendekap laptop di 
dada mereka. Oh, ternyata empat presenter pertama adalah para siswi. 
Saya juga baru tahu ternyata presentasi ini adalah barang wajib buat 
anak kelas I maupun II.
Sebuah pemandangan yang unik dan menjanjikan terlihat didepan mata. 
Kombinasi unik antara saung kayu, pepohonan, laptop, lcd proyektor, ABG 
berkerudung, alunan music, makalah hasil penelitian, dan suasana rileks 
benar-benar mewakili idealisme tentang pendidikan yang menyenangkan.
Giliran pertama adalah Zahra Ghaliyah. ABG kelas VII asal perumahan 
Karaba Indah G 18 ini agak grogi saat mau maju. Sangat normal sih untuk 
ukuran anak kelas I SMP. Belakangan diketahui ternyata ini karya 
tulisnya yang pertama, hm.. pantas saja. Judul penelitiannya ternyata 
cukup keren : Inisiasi Penyusuan Dini Pada Bayi. Jumlah total halamannya
 ada 25. Cukup bagus buat anak kelas 1 SMP. Observasinya dilakukan di 
sebuah klinik bidan di kompleks Karaba Indah. Rupanya Zahra memang 
tertarik dengan dunia perbidanan.
Selanjutnya Zahra mampu menyampaikan hasil penelitiannya dengan baik.
 Walaupun gaya khas ABGnya kerap mewarnai, namun paparannya cukup logis 
dan runut. Apalagi dibantu slide powerpoint warna-warni yang ditampilkan
 dilayar proyektor.
Zahra juga mampu menjawab dengan meyakinkan pada saat sesi tanya 
jawab. Artinya ia benar2 melakukan penelitian dan menguasai tema. Tidak 
seperti kasus plagiarisme desertasi doktor dari I*B yg sempat heboh dan 
bikin dunia perguruan tinggi kita tercoreng itu.
Presenter kedua adalah Arin Ayudiastika Efendi. Siswi kelas VIII 
putri pasangan Ibu Sri Gantini dan Haji Nendi ini memilih sebuah judul 
penelitian yang cukup hi-tech: Pengaruh Teknologi Internet Terhadap 
Minat Generasi Muda Mengunjungi Museum. Total ada 60an halaman.
Membaca karya tulisnya Arin, saya sempat ragu, setengah tidak percaya
 dengan apa yang saya lihat. Yang membuat saya terpesona adalah isi 
makalahnya. Tulisannya sangat sistematis, gambar2nya cukup kaya. 
Grafik2nya full color dan sangat meyakinkan. Ada quesioner yang 
dilakukan kepada 105 responden di 5 museum berbeda. Semuanya di kota 
Bandung. Data survey kemudian dituangkan dalam analisis asosiatif untuk 
mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Arin juga berhasil 
meyakinkan penelitiannya dengan menghitung koefisien korelasi yang 
mencapai 0, 968884. Belakangan saya tahu, kemampuan Arin berstatistik 
ria itu salah satunya karena dibimbing oleh SDM yang oke punya, Ibu 
Wangsih Susilawati, S.Si, M.P Mat. Jebolan S2 ITB itu memang pengajar 
matematikanya . Pantas saja Arin jadi canggih begitu.
Pada sesi tanya jawab, Arin semakin nampak seperti mahasiswi saja: 
responsif, sistematis, logis dan berkualitas. Melihat Arin ini saya 
seperti melihat masa depan generasi muslim modern. Dan, yang pasti, 
perasaan ragu saya langsung hilang entah kemana.
Presenter ketiga adalah Gebyanca Arfecia. Siswi kelas VII yang biasa 
disapa Geby ini memilih Judul yang sangat humaniora: Kereta Api dan 
Kedisiplinan Masyarakat. Siswi yang tinggal di Perum Bintang Alam blok L
 No. 3, Karawang ini membuat makalah 22 halaman. Ketertarikannya 
mengangkat tema kereta api karena sering naik kereta api jurusan 
Karawang-Jakarta . Menurut Geby suasana disana sangat jauh dari nyaman 
dan sikap disiplin.
Saat sesi tanya jawab, Geby juga mampu menunjukkan bahwa ia memang 
menguasai makalah itu. Untuk yang baru bikin karya tulis, Geby sangat 
menjanjikan.
Terakhir adalah giliran Nibrasabiyya Djunaedi. Siswi kelas VII 
kelahiran 14 Desember 1997 ini mengambil judul penelitian "Analisis 
Tingkah Laku Orangutan". Sebuah judul yang nyentrik, bukan? Rupanya, 
walaupun Biyya, begitu ia disapa, bertempat tinggal di kota, tepatnya di
 Jl. Bandung no D18, Karangpawitan, Karawang, ternyata ia punya 
kepedulian yang tinggi dengan alam.
Dari 25 halaman tulisan yang ia buat itu cukup banyak gambar 
Orangutannya. Lebih surprise lagi ternyata ABG ini malah ingin lebih 
dekat lagi dengan dunia Orangutan. Walaupun harus tinggal di pedalaman 
Kalimantan, wah hebat ya. Dan seperti yang lainnya, Biya juga mampu 
menjawab pertanyaan2 yang diajukan dengan baik.
Sebenarnya saya ingin mengikuti semua presentasi anak-anak alam itu. 
Saya ingin lihat presentasinya Wulan yang waktu masuk dulu saya yang 
memprovokasi. Yang saya tahu, putri Pak Pamuji langganan potong rambut 
saya itu mainan tiap harinya ya laptop. Nggak beda dengan siswa RSBI 
yang mahal itu. Juga Imad, mungkin satu anak alam yang sedikit mirip 
Lintang-nya Laskar Pelangi. Dia tiap hari berangkat PP Jakarta-Karawang.
 Bedanya, kalau Lintang naik sepeda, Imad naik bis :). Sayangnya waktu 
presentasinya bukan hari libur.
Yup, itulah catatan saya tentang karya tulis anak-anak alam Amani. 
Tidak berlebihan kalau saya mengatakan telah lahir ilmuwan-imuwan muda 
dari Saung Amani . Saya semakin yakin bahwa konsep yang diterapkan di 
Amani ini sangat menjanjikan dan futuristik. Artinya akan datang suatu 
masa ketika semua siswa akan seperti anak2 Amani itu. Bahwa pendidikan 
berkualitas itu tidak hanya untuk orang kaya saja, asalkan ada yang mau 
dan peduli. Ini bukan ramalan lho, tapi sebuah optimisme. Boleh khan?
Terakhir, saya ingin ucapkan selamat pada anak-anak alam Amani. 
Kalian sedang berada di jalur pintar untuk sukses, dan jalur sukses 
untuk pintar. Insya Allah anak saya yang pertama akan menyusul tahun 
depan. Sekarang dia udah mulai bikin tulisan karangan sendiri. Kelak 
saya juga ingin ia jadi anak yang tumbuh dengan karakter khasnya, 
seperti kalian.
Karawang 19062010

Comments
Post a Comment