Upaya
Mewujudkan Tegaknya Etika dan Moralitas Bangsa
Oleh : Ust. Uri Mashuri
“ Mereka yang mengingat Allah – berdzikir – sewaktu berdiri, duduk dan berbaring dan mereka bertafakur tentang kejadian langit dan bumi, Ya Tuhan kami tidaklah Engkau jadikan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau, peliharalah kiranya kamidari azab api neraka “ Ali Imran 191.“ Para lelaki yang tidak dapat dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli karena mengingat Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan mereka takut akan hari yang sangat mengguncangkan hati dan segala pandangan “ An Nur 37.
Pengertian
Dzikir
Seiring dengan genderang reformasi, marak
dilaksanakan halayak ramai dzikir
bersama. Dengan spanduk besar serta iklan yang menyita halaman surat kabar
serta televisi juga dengan famplet yang tersebar di setiap sudut kota panitia
mensosialisasikan Dzikir Nasional serta
Tabligh Akbar, sebuah ihtiar menyadarkan bangsa, sebuah upaya untuk mewujudkan tegaknya moralitas bangsa. Sebuah fenomena
baru telah muncul di tanah air tercinta.
Juga
telinga kita akrab dengan suara-suara
shalawat, takbir serta tahmid yang didengungkan dari mushala atau mesjid
saat menjelang adzan atau menanti imam datang. Atau saat menunggu waktu
menjelang ustadz berceramah di majlis taklim. Semua itu disebut orang adalah
dzikir sebagai syiar agama.
Apa
yang dimasud dengan dengan dzikir ? Kita coba untuk memahami .
“
Ucapan lisan, gerakan raga, maupun getaran hati sesuai dengan cara-cara yang
diajarkan agama, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt ; Upaya untuk
menyingkirkan keadaan lupa dan lalai
kepada Allah dengan selalu ingat kepadaNya ; Keluar dari suasana lupa, masuk
dalam suasana musyahadah – saling menyaksikan – dengan mata hati, akibat
didorang rasa cinta yang mendalam kepada Allah swt “ Ensiklopedi Islam.
Betapa luas pengertian dzikir tidak sesempit
yang kita duga, semua usaha untuk mengingat Allah, keluar dari suasana lupa dan
lalai adalah dzikir. Di manapun dan kapanpun kita bisa mengingat Allah.
Macam-macam
Dzikir
Begitu
luas pengertian dzikir, tentunya tehnik berdzikirpun beraneka macam sesuai
dengan kecendrungan hati kita asal tidak
keluar dari aturan agama, tidak mengada-ngada dan jauh dari ria. Karena ibadah
kita akan diterima oleh Allah bila benar niatnya, benar caranya dan tidak
musyrik kepada Allah, sedang ria dikategorikan musyrik yang kecil.
Para ulama membedakan dzikir menjadi tiga macam yaitu :
-
Dzikir Jali, yaitu dzikir yang jelas dan terang dengan suara yang bisa didengar orang lain,
termasuk di dalamnya dzikir berjamaah
yang dilakukan di tempat terbuka atau tertutup.
-
Dzikir khafi, yaitu dzikir yang tidak bersuara, dzikir
dalam hati tidak didengar orang lain.Biasanya dilakukan menyendiri, tengah
malam tatkala orang lain mendengkur lelap dalam tidurnya.
-
Dzikir hakiki, yaitu dzikir dengan perbuatan .
Dzikir ini dilakukan orang-orang yang
ihsan. Mereka merasa melihat Allah dalam gerak geriknya bila tidak mereka
menyadari bahwa dirinya senantiasa dilihat Allah. Bila ada godaan peluang untuk berbuat tidak benar,
hatinya surut karena takut kepada Allah. Itulah dzikir hakiki yang membuat
manusia senantiasa terbimbing dalam hidupnya. Dzikir model ini yang bisa
mewujudkan moralitas bangsa.
Al
Qur’an memberi petunjuk kepada kita : “ Apabila
hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang Aku, - jawablah olehmu –
Sesungguhnya Aku dekat, Aku mengabulkan
permohonan orang-orang yang berdo’a apabila
memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi ( segala peritahKu
) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu ada dalam kebenaran
“ Al Baqarah 186. Asbabun Nuzul ayat ini, adalah seorang sahabat bertanya
kepada Nabi apakah Allah dekat apa jauh. Bila dekat ia akan berdo’a dengan suara lirih dan bila jauh akan berdoa sambil
berteriak. Jawabnya Allah dekat, jelas maksudnya kita cukup berdo’a atau
berdzikir dengan lirih.
Juga
Al Qur’an mengarahkan dalam surat Al A’raf 205 ;” Dan sebutlah
- nama – Tuhanmu dalam hatimu
dengan mmerendahkan diri dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang lalai. “
I
k h t i a r
Dalam
terminologi teologi, kata ikhtiar banyak menimbulkan berbagai pendapat – multi
tafsir – dariberbagai aliran terkait dengan kehendak manusia dan juga kehendak
tuhan. Penulis membatasi diri pengertian
ikhtiar berdasar bahasa Indonesia
. Menurut Kamus Umum Bahas Indonesia
ikhtiar diartikan antara lain ; “: Kebebasan memilih ( menentukan, berbuat dsb
); pertimbanga ( pilihan, kehendak, pendapat, usul, dsb ) yang bebas.”
Menurut
Ibn Siena, ikhtiar diartikan sebagai kekuatan memilih ( power of choice ).
Kekuatan memilih ini berdasarkan atas daya pengetahuan yang diberikan Allah swt
melalui upaya dan intelek manusia, sehingga ia dapat memilih sesuatu yang akan
dikerjakan atau tidak dikerjakan..
“
Orang yang berdzikir kepada Allah, adalah orang yang mematuhiNya, barangsiapa
melupakannya berarti ia ingkar “ Demikian kata cicit Nabi Ja’far Ash Shadiq. Ikhtiar
yang dilakukan manusia tidaklepas dari corak pandangan dan keyakinan
hidupnya. Bagi seorang Muslim yang
senantiasa berdzikir bersih hati dan jiwanya. Pasti ikhtiarnya merupakan
refleksi dari kesucian hati dan jiwanya. Di sinilah titik temu antara dzikir
dan ikhtiar.
Akhlak
Bangsa
Muchtar
Lubis dalam bukunya “ Manusia Indonesia
“ menggambarkan bahwa ciri manusia Indonesia yang menonjol ialah :
-
Munafik, suka berpura-pura, lain di mulut lain di
hati, lain muka lain belakang.
-
Segan dan enggan bertanggungjawab atas perbuatannya, putusannya, kelakuannya, pikirannya dsb.
-
Berjiwa feodal
-
Percaya pada tahayul
-
Artistik
-
Memiliki watak yang lemah, karakter kurang kuat.
Ciri-ciri
lainnya menurut beliau adalah : boros, kurang sabar, tukang menggerutu, cepat
cemburu dan dengki, berfalsafat ‘ kebetulan “, manusia sok, tukang tiru dan aji
mumpung. Kitapun sangat prihatin karena
negara kita termasuk negara yang sangat dikenal lemah dalam penegakkan hukum.
Ibadah-ibadah
Mahdhah dalam Islam yang merupakan dzikir amalan - menurut KH Ahmad Basyir, MA ) seperti
shalat, shaum dan zakat serta hajji merupakan metode yang datang dari Allah
untuk membentuk karakter manusia muslim dengan ciri-ciri yang baik dan mulia.
Bangsa
yang terdiri dari individu-individu yang berkarakter baik dan mulia akan
menebar kebaikan, kebenaran dan keadilan serta kesejahteraan. Jauh dari
gambaran sinyalemen Nabi bila masyarakat
telah jauh dari agama, akan muncul perilaku seperti banyak kita saksikan di
negeri ini :
-
Yang dikejar hanyalah isi perut
-
Kemulyaannya berupa barang-barang mewah
-
Arahnya adalah wanita – syahwat - dan
-
Agamanya adalah duit.
Wallahu
a’lam
Makasih sangat bermanfaat
ReplyDelete