Oleh : Ust. Uri Mashuri
“Ibda binafsik”, mulailah dari dari
sendiri, demikian Nabi memberi pesan kepada ummatnya. Kita benar-benar
diingatkan, disadarkan, sebab kita menginginkan perubahan ke arah yang lebih
baik. Kita menginginkan reformasi, akan tetapi diri
kita sendiri tidak mau berubah. Berislam itu, artinya, siap tunduk dan patuh
kepada ketentuan Allah agar kita berubah ke arah kesempurnaan hidup.
Dari
mana kita mulai? Dari diri sendiri sesuai dengan pesan Rasulullah di atas.
Islam bukan ajaran yang mengawang-awang seperti teori-teori rumit dalam
filsafat yang abstrak. Islam membumi.
Ajarannya bisa disimpulkan dengan sederhana, praktis, dan seimbang. Siapa pun
bisa melaksanakan Islam dengan baik. Dari guru besar sampai yang buta huruf,
semuanya bisa menikmati Islam yang penuh rahmat.
Kenyataan yang kita hadapi
Kita lebih
sering mengelus dada daripada bernafas lega. Betapa berita-berita yang menjadi
santapan kita sehari-hari hampir tidak ada yang melegakan dada. Demo beringas,
anarkis, perusakan lingkungan, kriminal, korupsi, pengadilan yang jauh dari
hati nurani, pembunuhan, dan lain lain merupakan gambaran keruntuhan akhlak
yang sangat memprihatinkan. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang menuju kehancuran. Tidak
sulit kita mencari contohnya, seperti
- Penghalalan
segala cara
- Menggusur
nilai-nilai budaya dan agama yang luhur
- Bergaul yang
melampaui batas
- Cara
berkeluarga yang tanpa kendali agama
- Cara
berpakaian, termasuk pakaian olah raga yang
memperlihatkan bentuk tubuh
- Cara
berpesta yang terfokus pada kepuasan duniawi
- Dan
lain-lain masih panjang kalau kita sebutkan.
Wimpi
Pangkahila menulis di koran terbitan Ibu Kota yang dapat disarikan isinya lebih
menegaskan tentang ciri kerusakan moral bangsa. Beliau menyebutkan 10 ciri kehancuran moral bangsa, yaitu
1
Mudah melakukan kecurangan
2
Menganggap diri paling benar
3
Bertindak tidak rasional
4
Emosional dan mudah menggunakan kekerasan
5
Cenderung bertindak seenaknya
6
Cenderung hidup berkelompok dan berpaham sempit
7
Berpendirian tidak konsisten
8
Mengalami konflik identitas
9
Munafik
10 Ingin mendapatkan hasil tanpa kerja keras
Itupun dapat kita
saksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Al Qur’an melarang kita berputus asa walaupun
kita kadang telah habis harapan menyaksikan betapa kemunkaran merajalela di sekitar kita. Kita ubah dengan
tangan kita kalau kita mampu dan memiliki wewenang. Kita ubah dengan lisan kita
kalau wewenang tak dimiliki. Bila dengan lisan pun kita tidak mampu, hati kita
jangan larut, jangan menyetujui, jangan toleran dengan kemunkaran dan
kemaksiatan. Hati adalah benteng terakhir iman kita. Jagalah jangan sampai
runtuh.
Aturan kehidupan Pribadi
Islam sangat
memperhatikan kehidupan pribadi demi terwujudnya kehidupan yang bersih,
suci dan mulia. Itu pula kunci kebahagiaan. Sejak bangun pagi sampai kembali ke
tempat tidur, Islam teliti mengatur umatnya, baik secara langsung maupun dengan
hikmah yang tersirat di dalamnya, antara lain
1. Kesucian
dan kebersihan
Islam
mengajarkan bersuci sebelum melaksanakan shalat, suci dari hadats dan najis yang merupakan syarat menunaikan kewajiban yang
satu ini. Kalau bersih adalah dari
kotoran, sedangkan suci adalah dari najis.
Kita dapat memastikan, pengaruh apa yang
diakibatkan dari keharusan melaksanakan shalat lima kali sehari semalam dengan
pengertian harus suci dan bersih hati, pikiran, badan, pakaian, tempat dan
lingkungan sekeliling,
Keharusan itu kita kerjakan sejak kita aqil
baligh sampai akhir hayat.
Lihat (An Nisa ayat 43) dan (Al
Maidah ayat 7 )
2. Diet -Pengaturan makanan
Islam memberi perhatian yang khusus terhadap
makanan dan minuman. Pada dasarnya, Islam memberi patokan dalam makanan dan
minuman, yaitu ”setiap yang suci dan bersih serta berfaedah bagi tubuh manusia
adalah halal. Sebaliknya, apa-apa yang tidak baik, kotor, dan merugikan
kesehatan adalah haram baginya. “ Melakukan
yang haram adalah dosa baginya.
Islam melarang makanan dan minuman tertentu :
2.1. Minuman
keras yang memabukkan dan mengakibatkan rusaknya jaringan tubuh (Al Maidah 93 – 94).
Semua
bahan yang dihasilkan dari babi –daging, lemak, dan kulit–; binatang
buas yang menangkap mangsanya dengan menggunakan kuku atau taring; burung yang
memangsa dengan cara menyambar seperti rajawali, gagak, nazar; binatang
pengerat –tikus, cecurut, birog, binatang reptil, cacing dan lain-lain; serta
binatang yang halal yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, termasuk
darah, bangkai, dan nanah.
Islam ketat dan tak kenal kompromi dalam menjaga
kualitas makanan. Untuk makanan yang halal saja, Islam mengharuskan tidak boleh
berlebih-lebihan. Islam pun menggariskan yang halal dan baik sebab yang halal
pun belum tentu baik bagi orang-orang tertentu.
Di samping zat makanan yang diharamkan, Islam juga mengharamkan makanan yang diatur halal, tetapi diperoleh
dengan cara yang tidak sah menurut agama.
Pakaian dan Perhiasan
Islam tidak mengharamkan perhiasan, bahkan menganjurkan
kepada umatnya untuk berhias dalam kondisi dan situasi tertentu. Islam membuat
kriteria tertentu, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Untuk laki-laki Islam menggariskan
pantas, cukup mengikuti mode, sopan, dan gagah, serta tentunya menutup
aurat. Pakaian yang menimbulkan kesombongan dan menjatuhkan martabat serta dapat merangsang amat tidak diperkenankan. Kain sutra murni dan
perhiasan emas tidak boleh dipakai oleh laki-laki karena barang tersebut hanya
cocok untuk perempuan.
Untuk
perempuan, Islam menggariskan prinsip
menutup aurat, tidak tembus pandang, tidak ketat, pantas, dan
mencerminkan kemuliaan dan kesucian yang memakainya.
Olahraga dan
Hiburan
Perlu kita
renungkan bahwa bentuk-bentuk ibadah yang pokok dalam Islam, seperti sholat,
shaum, dan haji, selalu membawakan peran olahraga meski pada dasarnya memang
ditujukan untuk aktifitas spiritual. Semua itu dapat dimaknai bahwa Islam
memberi ruang yang sangat luas untuk olahraga. Bahkan, Nabi menganjurkan kepada
orang tua agar mengajari anaknya menunggang kuda , berenang, serta memanah.
Olahraga yang diperkenankan Islam adalah olah
raga yang sehat, bermanfaat, bukan olahraga yang menimbulkan dosa, merugikan
diri, dan merugikan orang lain.
Islam menegaskan bahwa mukmin yang kuat lebih
baik dari mukmin yang lemah. Untuk membentuk itu semua, Islam menganjurkan
olahraga serta hiburan yang sehat. Petunjuk dari Nabi berupa: “Bagi
jasmanimu ada hak, dan bagi rohanimu ada hak“, cukup membuktikan bahwa
Islam sangat memperhatikan kebutuhan jasmani akan kekuatan dan kesehatan, dan
kebutuhan rohani akan hiburan dan kesegaran.
Wallahu a’lam
Kuningan, 2006
No comments:
Post a Comment