“ Demi masa, sesungguhnya
manusia senantiasa dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan beramal
shaleh serta mereka saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran “ Al-Qur’an
Al Ashr.
Hidup
yang kita jalani ini, bukan hasil permohonan kita. Hidup merupakan anugrah
Allah kepada kita. Kita menikmatinya dan kita mensyukurinya. Bila Allah
tidak menghendakiNya kita tidak berarti
apa-apa, kita bukan apa-apa karena memang kita tidak ada.
Anugrah
itu sedang kita nikmati, kita syukuri kita masih diberi kesempatan untuk
mengirup udara kehidupan, entah itu
berlangsung sampai kapan hanya Allah yang tahu. Kewajiban kita adalah mengisi
amanat hidup itu dengan baik, penuh makna memberi manfaat pada diri, keluarga
dan juga masyarakat sebagai bekal pulang nanti ke kampung akhirat menyongsong
kehidupan kedua yang abadi. Nabi menjelaskan kehidupan di kampung akhirat
dibandingkan seperti jari yang dicelupkan ke
permukaan lautan, yang menetes di ujung jari adalah kehidupan di dunia
sedang yang tinggal adalah kehidupan di akhirat .Subhanallah betapa kita sulit
membandingkannya.
Pergeseran Waktu
Waktu
terus bergeser seiring dengan pertambahan usia kita, hari berganti minggu, minggu
berganti bulan dan bulan berganti tahun, kita senantiasa berubah tapi
kadang-kadang kita tidak menyadari. Kita selalu disibukkan oleh urusan dunia
kita. Begitu kita menyadari ternyata kita sudah tidak bisa dikategorikan muda.
Kita semua adalah pemimpin dan akan
ditanya serta dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kita.
Salah
satu yang akan dipertanggungjawabkan adalah waktu yang diberikan kepada kita. Andrew
S Grove menyatakan tugas pemimpin atau manajer senantiasa
bersangkut paut tentang pengalokasian sumber daya : manusia , dana dan modal, tapi sumber daya yang paling penting, yang kita
alokasikan dari saat ke saat adalah bagaimana kita mengatur waktu, sebab
menurut dia aspek yang paling penting dalam menjalankan peran sebagai manajer dan pimpinan. Sukses tidaknya usaha
kita banyak ditentukan oleh efektifnya kita menggunakan waktu.
Kita mengenal dua istilah berkaitan dengan waktu yang
dijatahkan kepada manusia, ada yang
disebut usia dan ada yang disebut umur. Usia adalah jatah waktu yang diberikan
Allah kepada manusia, sedang umur berkaitan dengan dampak penggunaan waktu
untuk peningkatan kwalitas kehidupan
manusia. Itulah makna yang terkandung dalam surat Al Ashr yang dikutip di awal tulisan ini. Yang beruntung
adalah yang mengisi kehidupan ini dengan iman, amal shaleh, saling berwasiat
dalam kebenaran dan kesabaran.
Kedewasaan Pribadi
Dewasa
biasanya diartikan telah sampai umur yang dianggap
bertanggungjawab terhadap perbuatannya, ia dianggap telah mampu membedakan
antara baik dan buruk, benar dan salah, ia dianggap telah matang berpikir
karena akalnya telah dapat
mempertimbangkan kemanfaatan serta kemadharatan. Itulah manusia dewasa.
Beberapa
waktu yang lalu, saat KH. Abdurahman Wahid menjadi presiden belaiu sempat memberi
julukan kepada lembaga DPR sebagai Taman Kanak-Kanak karena tidak menggambarkan
kedewasaan. Dan Taufik Kiemas suami mantan Prisiden Megawati pernah menyebut SBY jendral yang kekanak-kanakan,
sebutan itu justru membawa hikmah karena sejak itu popularitas SBY meningkat.
Terlepas tepat tidaknya benar tidaknya. Tapi istilah kekanak-kanakan
adalah ungkapan bila perilaku seseorang atau sekelompok orang tidak sesuai tingkat usianya.
Kedewasaan
identik dengan kematangan. Kematangan adalah kondisi yang didambakan, sebab
kematangan bisa menaikkan prestise, nilai dan pesona pribadi di mata
masyarakat, juga merupakan unsur yang penting dalam menciptakan hidup yang tentram
, konstan dan sejahtera.
Robert J. Lumsden, pengarang buku Twenty-three Steps
To Success and Achievement menyebutkan untuk mendapatkan kematangan hendaknya diperhatikan langkah- langkah
berikut :
-
Menjauhi
prasangka
Sebaiknya
kita menunda penilaian atau pengambilan keputusan sampai semua fakta kita
ketahui, hal ini dilakukan agar kita tidak salah menilai atau kita jatuh pada
fitnah atau gossip yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Dalam
Al Qur’an dijelaskan : “ Hai orang-orang
yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu “ Al Hujurat 6.
-
Menghindari
tahayul
Seorang
yang matang pribadinya, ia tidak punya waktu untuk mempercayai tahayul.
Pengetahuan dan pemikiran yang waras akan membebaskan dirinya dari rasa takut
dan pembatasan yang ditimbulkan tahayul. Kita merasa prihatin kecendrungan
bangsa Indonesia kepada hal-hal yang gaib yang tidak berdasar dan tidak masuk
di akal sehat menjadi kegemaran, tayangan televisi yang berbau mistik marak dan
menempati ratting yang tinggi.
-
Menyadari
ketidaktahuan
Kematangan
pribadi akan membuka kesadaran bahwa dirinya tidak banyak mengetahui, ia akan
berusaha keras untuk menambah dan memperluas ilmunya, sedang orang orang yang
tidak matang pribadinya ia akan merasa berilmu banyak. Pribahasa Indonesia
mengatakan ‘ Tong kosong nyaring
bunyinya “, gambaran orang yang menunjukkan ketidakdewasaan.
-
Mengikis
setiap ketakutan
Ia
akan berusaha mengerti kenapa ia takut. Kemudian ia mengikisnya dengan mengubah
perilaku sehingga dapat menghilangkan ketakutan. Ia akan menyebarkan
kasih-sayang sesamanya dalam rangka menghalau takutnya.
-
Toleransi
Orang
yang matang pribadinya, ia takkan mengklaim untuk memonopoli kebenaran, ia
menyadari keterbatasannya. Ia akan menerima sesamanya apa adanya.
-
Perhatian
Pribadi
yang baik, adalah pribadi yang tidak hanya asyik dengan dirinya, tanpa
menghiraukan kenyamanan dan perasaan orang lain, secara imajinatif ia menempatkan
dirinya di tempat orang lain.
-
Bersikap
Obyektif
Kematangan pribadi membuat orang memandang sesuatu tanpa
memihak, apa adanya jujur, serta menjauhi
pandangan dengan sudut pandang
kepentingan dirinya.
-
Konstan
Ia memiliki ketangguhan sanggup menguasai
suasana hatinya, ia mempunyi daya tahan yang kuat.
-
Riang
dan tidak memelihara emosi yang negatif
Ia
menyadari betul bahwa memelihara emosi yang negatif akan menghalangi munculnya
kegembiraan dan keriangan yang berari ia merusak hidupnya sendiri. Orang akan
menjauh bila kita memelihara emosi yang negative
Dari
kutipan di atas kita dapat mengukur sejauh mana kedewasaan kita, belum
tentu yang berusia lanjut memiliki sifat-sifat kematangan, kita dapat
menyimpulkan bahwa bertambahnya usia
tidak identik dengan bertambahnya kedewasaan. Apalagi bila kedewasaan
dihubungkan dengan kebijaksanaan
Selanjutnya Robert J. Lumsden menyebutkan ciri-ciri mereka yang bijaksana :
-
Senantiasa membuat orang lain lebih santai dan lebih dihargai
-
Berusaha membuat orang lain merasa penting
-
Tidak pelit memuji orang
-
Menaruh hormat dan senantiasa sopan, memandang orang
dengan kacamata sesama manusia
- Menghormati apa yang dihormati orang lain misalnya :
agama,keyakinan, politik serta
kepahlawanan.
- Meminta maaf atas gangguan yang dilakukan
-
Menghormati kesepakatan.
-
Tidak memonopoli percakapan.
Adapun cara belajar mendewasakan dan membijakkan diri
ia menyebutkan
-
Hindari membuat orang lain nampak kecil
-
Hindari melanggar hak orang lain
-
Hindari meninggikan diri sendiri dan
-
Jangan
mengajarkan kepada orang lain tentang pekerjaannya.
Wallahu
a’lam
Kuningan, 2006
No comments:
Post a Comment