Oleh : Ust Uri Mashuri
Rabiul Awwal
Nabi lahir, Nabi hijrah, dan juga Nabi wafat
jatuh pada bulan yang sama, tanggal yang
sama, bahkan hari yang sama, yaitu 12 Rabiul Awwal, hari Senin.
Tentunya, tahunnya yang berbeda. Begitu istimewa bulan Rabiul Awwal bagi umat
Muslimim. Hampir sepanjang bulan itu
dimanfaatkan untuk memperingati kelahiran Nabi
yang sangat dirinduinya. Berbagai ekpresi kecintaan dituangkan dalam
berbagai kegiatan, mulai dari membaca shalawat,
syair-syair pujian terhadap Nabi, ceramah, shadaqah, pesta kesenian Islami, dan berbagai seremonial lainnya.
Semuanya dilakukan dengan semangat
kecintaan pada Nabi junjunan. Nyaris tak ada yang memperingati wafat beliau.
Peristiwa hijrah pun tak
diperingati di bulan Rabiul Awwal. Kaum Muslimin mengambilnya di bulan
Muharram, awal bulan perhitungan tahun Hijriyah setelah khalifah Umar bin
Khathab menetakan perhitungan tahun untuk umat Islam bertitik tolak dari
peristiwa hijrah Nabi.
Latar Belakang Peringatan Maulid Nabi
Di zaman
Nabi tidak ada peringatan maulid. Tidak mungkin Nabi memperingati ulang
tahunnya. Di jaman Khulafaur Rasyidin juga takada peringatan maulid. Di jaman Tabiin pun maulid Nabi takdiperingati orang. Menurut
catatan sejarah, peringatan maulid baru
diadakan di jaman Shalahudin Al Ayubi,
seorang Sultan Mesir yang hidup antara tahun 1137 –1193 Masehi.
Seorang Sultan yang dikenal
sebagai panglima perang yang gagah berani, tapi sangat bijak dan murah
hati. Seorang budayawan yang ahli dan luas ilmu agamanya.
Beliau sangat prihatin atas
kesadaran agama di kalangan rakyatnya. Semangat jihad lemah sedang wilayah
kaum muslimin banyak yang dikuasai kaum salib. Beliau minta
masukan dari para pembantunya, kiranya ikhtiar apa yang dapat membangkitkan semangat
keagamaan di kalangan ummat Islam. Salah satu gagasan yang disampaikan pada
beliau adalah peringatan maulid dengan
sasaran utama :
1
Membangkitkan
kerinduan pada Nabi dengan cara menggali tarikh Nabi, serta menyebarluskanya dalam bentuk yang
disukai masyarakat, yaitu dalam bentuk puisi.
2
Memurnikan
kembali ajaran Islam yang sudah terkontaminasi adat istiadat serta keyakinan setempat berupa tahayul,
khurafat, serta bid’ah.
3
Membina
generasi muda agar mencintai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Rupanya target itu tercapai, ternyata dengan
peringatan maulid semangat keagamaan umat Islam berkobar. Terbukti
pendudukan oleh kaum Salib bisa dibebaskan.
Bagi kita sekarang,
tentunya, peringatan maulid lebih
bermanfaat bila tujuan serta caranya merujuk pada niat awal yang dipancangkan
oleh Sultan Shalahudin Al Ayubi, bukan semata-mata Seremonial. Kita tidak
menafikan manfaat seremonial, hanya kita ingin lebih membawa manfaat bagi umat
agar dana, tenaga, serta pikiran lebih
berdaya guna dan berhasil guna.
Kunci Sukses Nabi
Ada sekelompok orang yang mengharamkan peringatan
maulid Nabi. Bid’ah hukumnya, kata
mereka, di zaman Nabi tidak ada
peringatan maulid.
Bagi kita, peringatan maulid bukan merupakan ritual.
Tentunya, boleh-boleh saja asal bermanfaat
dan tidak mubazir. Kita hanya mengambil momentum untuk kegiatan dakwah dan
kegiatan sosial keagamaan. Bila banyak membawa manfaat tidak ada salahnya kita
laksanakan; bila banyak mubazirnya, tentunya lebih baik kita tinggalkan.
Dalam peringatan maulid,
kita dapat mengungkap tarikh kehidupan Nabi yang penuh suri tauladan, kesederhanaan, kebijakan,
kesabaran, keberanian, kesantunan, dan semua karakter yang baik diungkap untuk
mendapatkan gambaran yang tepat mengenai sosok Nabi agar generasi muda tidak mengidolakan
sosok yang takpantas jadi idola.
Nabi adalah seorang yang
umi. Seorang yang tidak bisa tulis-baca. Beliau cerdas atas bimbingan dari
Allah. Namun, tuduhan akan dilontarkan oleh
nonmuslim bila Nabi bisa tulis baca. Mereka akan mengira Nabi menjiplak
ajaran-ajaran mereka dari naskah-naskah kuno yang mereka miliki.
Michael H.Hart menempatkan
Nabi kita di urutan teratas dari daftar seratus tokoh dunia yang berpengaruh.
Alasannya, Beliau memiliki pengaruh pribadi yang lebih besar di banding tokoh
lain.
Karakter yang dimiliki Nabi
adalah karakter yang sempurna. Hal ini diakui oleh Allah sebagai seorang yang
memiliki akhlak yang mulia. Karakter inilah yang memesona umatnya sehingga
tertarik untuk mengikuti ajarannya dan selanjutnya berjuang untuk menyebarluaskannya.
Para ulama menyebutkan kunci sukses Nabi karena
sikapnya, antara lain
1
Jiwanya yang suci dan murni, jauh dari
arogan, iri dengki, dan serakah.
2
Tidak
senang hidup berfoya-foya, sederhana dalam segala hal
3
Perilakunya
sopan dan santun, menghadapi siapa pun beliau menjaga keramahan dan tidak
membedakan siapa pun yang dihadapi.
4
Tidak
pendendam/pemaaf termasuk kepada musuhnya dan kepada orang-orang yang telah
mendhaliminya.
5
Beliau
tidak pernah melupakan jasa orang lain, tapi
beliau suka melupakan jasa kepada orang lain
Dengan
karakter seperti itu Nabi melaksanakan misinya sebagai rahmatan lil a’lamiin,
dengan sasaran pokok :
6
Memberantas berbagai kemusyrikan yang
membelenggu jiwa manusia, dan menggantinya dengan ketauhidan yang penuh dengan
pencerahan.
7
Melenyapkan
kesempitan pandangan dengan mengajarkan persamaan, persaudaraan,
kebebasan, serta toleransi yang luas dalam
bermasyarakat.
8
Menghilangkan keangkuhan rasial, beliau mengajarkan turunan
mana pun dan siapa pun dari etnis mana
pun sama di sisi Allah, yang membedakannya adalah prestasi diri yaitu ketakwaan.
9
Melindungi kemerdekaan beragama, terkenal
prinsip dalam Islam yaitu tidak ada paksaan dalam agama serta toleransi yang
luas dengan prinsip bagimu agamamu dan bagiku agamaku.
10 Menegakkan
keadilan, dan
11 Mengangkat
derajat kaum wanita
Itulah essensi peringatan maulid Nabi yang dapat menjadi bahan bagi kita agar jangan sampai peringatan
maulid menjadi mulutan semata.
Wallahu a’ lam
Kuningan, April 2006
No comments:
Post a Comment