Posts

Showing posts from May, 2020

KETAHUAN ASLINYA, KETAHUAN HASILNYA

Image
Dua bulan lebih berada di rumah bersama keluarga memunculkan hal unik sekaligus menggelitik. Bahwa di dalam kebersamaan dalam jangka waktu yang lama, ternyata kita tidak bisa lagi berpura-pura. Tak lagi bisa jaga image atau sok berwibawa. Semakin lama kita jadi semakin natural. Apa adanya. Biasanya ketika kita berjarak dalam jangka waktu yang lama, maka ketika bertemu, yang dominan adalah suasana kangen. Suasana kegembiraan. Suasana euforia. Kita hanya melihat kehebatan, kebaikan, kelebihan, keunggulan, atau keistimewaan. Kita tidak sempat berpikir tentang kekurangan, kelemahan, atau keburukan. Ketika bertemu dalam jangka waktu yang lama. Terlihatlah semua kekurangan, kesalahan, kejelekan, keburukan, atau aib itu semuanya terlihat.  Saya yang suka slenge'an menjadikan anak-anak menganggap saya seperti teman sahaja. Pun anak-anak yang terlihat hebat dari luar, lama-lama kelihatan bolong-bolongnya. Semuanya jadi terlihat terang benderang. Termasuk ketika bicara konflik antar generasi...

MATA RANTAI TERLEMAH

Image
Proses pendidikan melibatkan mata rantai proses. Masing-masing ada penanggung jawabnya. Ada PIC-nya. Person In Charge. Sinergi terjadi bila masing-masing menjalankan fungsi dan perannya. Ayah yang menjadi penanggung jawab. Perumus misi pendidikan. Hingga menyusun strategi dan kurikulumnya. Sumber rujukan sosok maskulin. Pembangun sistem berfikir. Sosok yang bisa tega. Pendidik aqidah. Sosok rasional.   Bunda sebagai manager harian. Sumber rujukan sosok feminim. Pengasah rasa. Pendidik ibadah dan akhlak. Guru sebagai fasilitator dan konstruktor ilmu pengetahuan. Ustadz atau muroby sebagai rujukan akhlak. Para maestro sebagai rujukan bakat. Pemimpin lokal sebagai rujukan kepemimpinan Pengusaha lokal sebagai rujukan enterpreunership Rumus kekuatan rantai adalah : kekuatan ada pada mata rantai terlemah. Siapakah mata rantai terlemahnya? Di antara pihak-pihak di atas, yang paling urgen untuk diaktivasi adalah orang tua. Sekaligus sebagai mata rantai terlemahnya. Karena : Sudah terl...

INILAH SAATNYA

Image
  Ketika semua orang ragu untuk kembali masuk sekolah. Bahkan di Finlandia yang disiplin warganya lebih baik, saat sekolah dibuka kembali, justru berujung pada terjangkitnya siswa dan guru dengan virus Covid-19 ini. Di negara asal virus ketika lockdown dibuka oleh otoritas China, dan sekolah masuk kembali, maka protokol kesehatannya sangat ketat sekali. Situasinya sangat jauh dari normal. Anak-anak seperti terpenjara di alam terbuka. Hanya beda tampilan saja. Tangan tidak diborgol dan kaki dirantai. Pertanyaannya: apakah kondisi tidak normal itu kita pertahankan atau kita harus mencari alternatif lain yang lebih layak, lebih mudah, juga lebih manusiawi. Benar-benar move on. Kita harus memberikan solusi alternatif yang mendasar sekaligus menyeluruh. Solusi total tentang desain baru pendidikan berbasis rumah dan keluarga.  Di mana rumah adalah tempat pendidikan karakter yang sesungguhnya. Melibatkan orang tua secara optimal. Sedangkan guru adalah partner terkait fasilitator untu...

EASY COME EASY GO

Image
Tulisan kali ini tentang  salah satu strategi terpenting untuk menumbuhkan karakter adalah dengan mengalami proses. Termasuk kesusahan yang menyertainya, yang semua orang cenderung menghindarinya itu. Di akhir tulisan ada pengalaman masa kecil pribadi penulis sebagai salah satu inspirasinya. Tantangannya, orang lebih suka yang mudah-mudah. Pun anak-anak kita.  "Mudah" dan "gampang" itu pengertiannya sama. Dalam bahasa Inggris sama-sama memakai kata "easy". Seperti judul di atas. Namun, di sini saya ingin membahasnya dalam konteks pendidikan karakter. Ketika mudah memperolehnya, maka orang akan cenderung menggampangkan. Mudah mempelajari cenderung juga mudah melupakan. Mudah menghafal, maka biasanya gampang hilang.  Penghargaan terhadap sesuatu biasanya seiring dengan kadar kesulitan di dalam memperolehnya. Misalnya, apa istimewanya sebuah slayer? Yang hanya selembar kain itu? Tetapi kalau itu diperoleh melalui perjuangan berat saat outbound atau survival d...

AGAR KERKELANJUTAN

Image
Kios bunga (sumber: internet) Sekarang bagaimana agar proyek urban farming bisa berkelanjutan? Pertanyaan super penting ini pasti muncul. Mengingat penyakit kita yang suka "hangat-hangat tahi ayam", yang bagai kembang api di malam lebaran itu. Atau bagai kilat di tengah mendung itu. Hanya sejenak menggelegar lalu hilang. Paling banter cuma jadi fenomena musiman. Semisal tren semusim bunga "gelombang cinta" atau bunga pucuk merah itu. Lalu melempem dan biasa lagi. Sayang sekali project urban farming kalau juga mengikuti pola di atas. Maka, hemat saya jangan biarkan project ini melenggang sendirian. Menjomblo tanpa bergandeng tangan. Bisa nelangsa nasibnya. Artinya proyek ini harus kita  integrasikan dengan tema lain. Bisa bisnis. Bisa pendidikan. Bisa juga diadopsi jadi program pemerintah. Bisa juga jadi program CSR.  Contoh saja yang sukses dengan diintegrasikan dengan bisnis. Lihatlah lapak-lapak bunga di pinggir-pinggir jalan. Ini sebenarnya project taman kota...

SEBESAR APA?

Image
Setelah memutuskan memilih urban farming sebagai project anak-anak kita. Muncul pertanyaan: seberapa besar skalanya project ini? Saya suka dengan proses dinamis ini. Setelah project berjalan pasti akan muncul pertanyaan susulan mengiringi perjalanannya. Salah satunya ya ini: seberapa besar? Kenapa? Karena kalau tujuannya menciptakan ketahanan pangan, maka berapa volume panen ikan yang harus dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan satu rumah dengan tujuh orang penghuni, misalnya? Selain itu, setelah memulai project misalnya dari membuat kolam ember, nanti akan muncul pertanyaan susulan. Misalnya : ikan apa saja yg dipelihara? Apa cukup hanya ikan lele? Bagaimana kalau coba ikan nila dan fatin? Lalu muncul lagi : untuk tanaman sayuran apa saja yang ditanam?  Lalu : Untuk pemenuhan kebutuhan karbohidrat, apa yang perlu kita tanam? Bagaimana menanam ubi di lahan sempit, mungkinkah? Bagaimana menanamnya? Lalu, muncul lagi : bisakah kita mengupayakan bahan pakan ikan dan pupuk organik dari p...

SENI MEMULAI

Image
Sekarang waktunya memulai!  Tantangan terbesarnya adalah melibatkan generasi milenial yang menganggap kalau "rebahan adalah solusi".  Apalagi saat wabah Covid-19. Ada ungkapan "Rebahan adalah jalan para pahlawan, merdeka!" Ketika internet tersambung. Ketika informasi bisa diakses begitu mudah. Ketika banyak keinginan dan masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan mengusap layar gadget sambil rebahan, maka menjadi tantangan tersendiri ketika membawa mereka kepada aktivitas yang menuntut gerak fisik. Maka inilah seni melibatkan generasi yang akrab dengan rebahan itu. Pertama, yang harus kita sadari adalah pentingnya keteladanan. Ini adalah kuncinya. Kita tidak bisa sekedar menyuruh mereka atau sekedar memotivasi atau memberi teori. Kita harus terlihat. Kita harus mencontohkan. Membuktikan. Memulai.  Prosesnya adalah kita yang membuat project dulu. Menjadi starter. Lalu biarkan mereka mengikutinya. Lalu kita dampingi mereka saat mengikuti kita.  Seperti halnya ketika ...

MENCARI MODEL BARU

Image
  Wabah Covid-19 memang sudah menjungkirbalikan institusi yang selama ini mapan. Termasuk institusi pendidikan. Sifat virus yang membuat interaksi manusia menjadi terbatas menjadikan interaksi dalam pendidikan berubah. Lembaga bimbingan belajar online mengambil alih peran guru di ruang kelas. Orang tua kembali mengambil peran. Setidaknya menjadi partner guru. Mendampingi anak mengerjakan tugas berbasis kurikulum.  Masalahnya,  kapan waktu berakhir wabah ini tidak jelas. Ada ahli memperkirakan sampai akhir tahun 2022. Pada intinya sampai anti-virus dan obat ditemukan.  Kalaupun ketika vaksin ditemukan, lantas bagaimana ia bisa menjangkau 5 miliar penduduk bumi? tentu memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit Situasi seperti ini jika terus berlanjut akan menimbukan tarik ulur. Karena itu ketika bicara pendidikan anak-anak kita, apa yang akan terjadi? apakah akan terus seperti sekarang? Serba canggung? Serba darurat? Lalu bagaimana dengan kelas yang lama ditinggal k...

MIMPI SEKOLAH IMPIAN

Image
Pak, kita bikin sekolah yuk!" kata pak Aris kawan dekat saya. Suatu sore. Beberapa bulan lalu. "Apa Pak?" "Bikin sekolah!" "Diulangi, Pak?" "Iya, bikin sekolah!" Sosok langsing ini memang suka membikin saya penasaran. Karena ia tak pernah becanda yang tak jelas. "Nggak salah nih?" "Serius, Pak" "Seperti apa konsepnya?" Lalu mengalirlah dari mulutnya konsep tentang membangun kemandirian finansial atau kewirausahaan.  Jiwa enterpreneur membuatnya meyakinkan kalau bicara bisnis. Point pentingnya, uang yang dikeluarkan oleh orang tua nanti sifatnya bukan lagi biaya sekolah. Tapi sebuah investasi. Bisa balik modal dan untung.  Saya yang suka menelusuri sebuah gagasan hingga ke dasar teorinya, langsung tertarik. Apalagi ini dekat dengan konsep pendidikan aqil baligh.  Saya coba kaitkan dengan dalil dan siroh, yang saya pelajari di tema parenting yang saya tekuni. Ternyata saling menguatkan. Kemudian konsep  enterprene...

ASAL ADA KEMAUAN

Image
Urban farming (sumber : internet) Dengan alam Indonesia yang relatif subur . Juga hanya ada dua musim.  Maka mewujudkan swasembada pangan seharusnya bukan perkara yang sulit. Bahkan ada istilah Koes Plus. Kalau di Indonesia ini tongkat saja dilempar bisa jadi tanaman. Dan ini bukan sihir. "Bukan lautan hanya kolam susu," karena betapa kayanya alam Indonesia. Jadi, sebetulnya hanya satu saja syaratnya: KEMAUAN. Misalnya tentang menanam sayuran di halaman. Apanya yang sulit? Suhu di kita tidak seterik Afrika. Juga tidak ada salju.  Tinggal buat media tanam sederhana. Jadi itu barang! Saya yakin 100 persen anak-anak kita juga sangat mampu membuatnya. Maka tidak perlu lama sebenarnya halaman rumah kita menjadi kebun sayur. Apalagi sekarang ada istilah urban farming . Yang cocok diterapkan di perkotaan. Ada juga yang menggunakan teknologi hidroponik. Juga ada yang sudah berhasil membuat budidaya padi hidroganik . Menanam padi di pot dan dan instalasi paralon...

SOSOK INSPIRASI

Image
sumber :internet Saat mengobrol dengan anak-anak, berdiskusi atau bercerita tentang masa depan. Tentang bagaimana menghadapinya, biasanya saya cerita sosok-sosok inspiratif.  Baik dari zaman baheula maupun dari zaman kiwari   Dari sosok zaman kiwari muncul Mark Zuckerberg, Jack Ma, Steve Jobs, Bill Gates,  Nadiem Makarim, Belva atau Ahmad Zaki. Mereka yang sukses dengan berselancar di atas arus besar internet. Salah satu karya canggih manusia. Mereka memang sukses besar. Tentu dengan ukuran subjektif duniawi. Lalu membuat orang terobsesi. Ingin meniru. Menjadi yang terhebat, terpopuler atau terkaya di dunia. Sosok-sosok ini memang banyak diulas di berbagai forum. Mulai dari pelatihan marketing, motivasi bisnis, maupun di dunia pendidikan. Dalam lingkup lokal muncul juga nama-nama pemuda sukses seperti pendiri Ruangguru, Kitabisa.com,  Traveloka, Bukalapak dan sebagainya. Mereka sosok millenial sukses dengan memanfaatkan teknologi informasi terk...